Minggu, 15 Januari 2017

Contoh prosedur dalam penelitian ilmiah



Prosedur Percobaan
                       
Persiapan Peralatan
            Pada awal penelitian, semua peralatan dan bahan yang akan digunakan dipersiapkan dalam kondisi yang baik terlebih dahulu, kemudian pembuatan rangkaian akan disesuaikan dengan perancangan yang ada pada diagram blok, setelah rangkaian selesai di buat maka rangkaian tersebut harus di uji cobakan dalam ruangan untuk memeriksa kinerja dari berbagai komponen dalam setiap prototipe. Pengujian ini sangat penting untuk menghindari terjadinya kerusakan komponen pada saat uji coba yang sebenarnya.

Persiapan Penelitian
            Pada tahap ini penelitian ke-dua, rangkaian yang sudah dibuat dipasangkan pada inkubator mini yang sudah dibuat untuk pengujian. Persiapan ini  juga termasuk pemasangan alat-alat penunjang sesuai dengan skema yang sudah dibuat. Pengujian yang dilakukan diantaranya pengujian rangkaian blok diagram, efektifitas exhaust yang digunakan, sirkulasi air, dan proses humiditifikasi
    
Pelaksanaan Uji secara langsung
            Dalam pelaksanaan penelitian ini, tahapan secara umum untuk menguji seberapa besar efektifitas dari model alat yang menggunakan fuzzy logic di-Bandingkan dengan model alat tanpa mengguakan fuzzy logic.
1.    Meletakkan ke-dua model alat yang akan di-uji dalam kondisi lingkungan yang sama (tempat, suhu dan kelembapan).
2.    Menyiapkan parameter-parameter penunjuk data pada masing-masing model alat.
3.    Mengambil data lama waktu yang dibutuhkan untuk penurunan dan kenaikan suhu per-o dan debit air keluaran pada masing-masing model alat setiap interval waktu tertentu.
4.    Mengulangi percobaan 3 sampai diperoleh data yang cukup untuk dianalisa.

Contoh Bab 1 untuk Proposal penelitian



A.    JUDUL PROGRAM
Rancang Bangun Sistem Cerdas pada Inkubator Jamur Tiram Berbasis Fuzzy Logic Controller.

B.     LATAR BELAKANG MASALAH
Saat ini Jamur tiram adalah salah satu bahan pangan yang menjadi populer di kalangan masyarakat, sehingga permintaan akan jamur ini menjadi naik pesat baik di pasar domestik maupun mancanegara. Jamur tiram banyak digemari masyarakat karena disamping rasanya yang lezat juga bergizi tinggi dengan kandungan karbohidrat, protein, vitamin, dan lemak serta kaya akan serat yang diperlukan oleh tubuh untuk proses metabolisme. Oleh karena itu, nilai jual dari jamur tiram menjadi tinggi dan mengakibatkan banyak petani membudidayakan jamur tiram dalam skala kecil atau skala besar.
Indonesia adalah negara beriklim tropis dengan tingkat kelembapan yang relative tinggi sehingga jamur tumbuh dengan mudah. Jamur tiram biasa tumbuh dengan subur pada suhu sekitar 23ºC -27ºC dan kelembaban udara diantara 70% - 80% RH. Kondisi pertumbuhan Optimal dicapai pada kisaran suhu 23 – 25oC, sehingga faktor lingkungan berperan penting dalam pertumbuhan jamur tiram. Di daerah dataran tinggi suhu yang rendah tidak menjadi masalah namun untuk didaerah yang lumayan lebih rendah akan menjadi masalah untuk mendapatkan suhu dan kelembapan yang dipergunakan oleh jamur untuk perkembangannya secara optimal. Secara sederhana petani jamur biasanya membudidayakan jamur dalam suatu rumah tanaman untuk memperoleh kondisi lingkungan yang diperlukan untuk pertumbuhan jamur tiram, namun cara demikian tidaklah efektif untuk daerah yang suhu udaranya berubah-ubah, Oleh sebab itu diperlukan suatu perangkat semacam inkubator yang dapat mengatur dan mempertahankan pada suhu dan kelembapan tertentu sehingga untuk menanam jamur bisa dilakukan dimanapun berada.
Dalam penelitian ini akan dirancang sebuah sistem instrumen berupa inkubator yang dapat mempertahankan suhu sekitar 23 – 25oC dan kelembapan sekitar 70 – 80% RH, namun tidak hanya itu system ini dirancang untuk bisa melakukan pengairan secara otomatis pada saat tanaman mengalami kekeringan.Untuk sistem kontrol ini memanfaatkan fuzzy logic yang ditanamkan pada software GUI sehingga hasil yang didapat menjadi maksimal dan bisa dilakukan dimanapun tanpa terpengaruh faktor cuaca lingkungan, serta tidak memerlukan pengawasan secara langsung karena perangkat ini berjalan secara otomatis.

C.    RUMUSAN MASALAH.
1.      Bagaimana merancang sistem instrumentasi yang mampu mengukur dan mengatur besaran-besaran fisis seperti suhu dan kelembapan dengan kualitas pengukuran yang memiliki kesalahan relatif kurang dari 5 %?
2.      Memilih device sensor dan aktuator yang sesuai agar mampu melakukan pengukuran dan pengaturan suhu pada rentang suhu 23oC sampai dengan 25oC?
3.      Bagaimana memilih device sensor dan aktuator yang sesuai agar mampu melakukan proses pengairan secara otomatis?
4.      Bagaimana merancang GUI untuk menampilkan hasil pengukuran berupa suhu dan tekanan dan didalamnya dilengkapi dengan sistem yang berguna untuk mengendalikan suhu dan kelembapan tersebut?

D.    TUJUAN PROGRAM
Mengembangkan teknologi sederhana dan praktis untuk pembudidayaan jamur tiram yang memerlukan suhu dan kelembapan tertentu secara otomatisasi.

E.     LUARAN YANG DIHARAPKAN
Menghasilkan dan mengoptimalkan perangkat yang dapat dipergunakan masyarakat khususnya bagi petani jamur tiram

F.     KEGUNAAN PROGRAM
1.      Masyarakat dapat menggunakan model alat untuk mengontrol kondisi suhu dan kelembapan pada budidaya jamur tiram
2.      Mengenalkan teknologi mikrokontroler pada masyarakat, terutama petani jamur.

      Berikut adalah Skema untuk ingkubator jamur tiram

     




Jumat, 13 Januari 2017

Syarat - syarat proteksi surja (Surge arrester) untuk peralatan telekomunikasi dan IT



     A.  Proteksi surja untuk peralatan telekomunikasi dan IT




 1. Semua peralatan telekomunikasi dan IT dipertimbangkan sebagai peralatan yang  rentan terkena surja dan harus dilengkapi dengan surge arrester.

2.  Surge arrester harus dipasang pada koneksi berikut ini, namun tidak terbatas pada:
a.  RJ11 / RJ13 / RJ14 phone jacks,
b.  RJ41 / RJ45 / RJ48 data jacks,
c.  konektor kabel coaxial. 

3. Parameter lain dari surge arrester seperti penyeimbang bandwith harus sesuai untuk rating peralatan telekomunikasi.

B. Transient Earth Clamp (Spark Gap) 

1. Transient Earth Clamp (spark gap) harus memenuhi persyaratan minimum berikut ini:
a.  pelepasan arus nominal (8/20): 100 kA,
b.  arus impuls petir (10/350): 75 kA,
c.  tegangan Sparkover AC: ≤ 70 V,
d.  tegangan Sparkover DC: ≤ 100 V,
e.  tegangan Sparkover impuls petir (1.2/50): ≤ 950 V,
f.  tahanan insulasi (10 V and 100 V): ≥103 MΩ.
2. Transient Earth Clamp (spark gap) harus tidak sensitif terhadap tegangan, memiliki kemampuan hantar arus yang sangat tinggi, masa pemakaian yang lama, tidak tergerus dan tetap aman ketika mengalami kegagalan.

3. Transient Earth Clamp (spark gap) harus cocok untuk aplikasi luar ruangan dan mudah untuk dipelihara untuk memproteksi dari surja dan arus petir.

4. Jika Transient Earth Clamp (spark gap) harus digunakan pada classified area, spark gap harus tersertifikasi oleh badan pengujian yang diakui seperti UL, CENELEC, dll.

Syarat - syarat proteksi surja (Surge arrester) untuk peralatan SCADA dan instrumentasi


Syarat - syarat proteksi surja (Surge arrester) untuk peralatan SCADA dan instrumentasi adalah sebagai berikut :





a.  Surge arrester untuk zona proteksi tingkat 1 atau 2 harus memenuhi persyaratan minimum berikut ini:
    protection mode: Differential, Common Mode,
    tegangan operasi: 24 VDC,
    tegangan operasi maksimum: > 26 VDC,
    arus beban nominal: 4 – 20 mA,
    arus beban maksimum: > 1 A,
    pelepasan arus maksimum: 20 kA.

b.  Surge arrester untuk zona proteksi tingkat 2 atau 3 harus memenuhi persyaratan minimum berikut ini:
    protection mode: Differential, Common Mode,
    tegangan operasi: 24 VDC,
    tegangan operasi maksimum: > 26 VDC,
    arus beban nominal: 4 – 20 mA,
    arus beban maksimum: > 1 A,
    pelepasan arus maksimum: 6.5 kA.
c.  Surge arrester harus dipasang pada 35 mm top hat DIN rail.

d.  Surge arrester harus dapat diaplikasikan di luar ruangan dengan tingkat proteksi minimum IP 55.